Ketahuilah wahai muslimin, bahwasanya orang yang hendak memahami makna toleransi sebagaimana mestinya, hendaknyalah dia melihat sejarah hidup Nabi صلی الله عليه وسلم dalam bermasyarakat, maka dia akan mendapatkan pengertian toleransi yang sesungguhnya.
Sungguh Al-Musthofa صلی الله عليه وسلم adalah orang yang sangat lemah-lembut, bila para sahabat membicarakan masalah dunia, beliau ikut berbicara bersama mereka, bila mereka berbicara tentang akhirat, beliau juga ikut bercengkrama dengan mereka, dan bila di dalam rumahnya, beliau biasa membantu keluarganya (istrinya), dan sikap beliau ini seperti yang Allah firmankan.
"Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keselamatan dan keimanan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman" [At-Taubah : 128]
Dari sini, tidak ada seorangpun yang dapat mencapai derajat kesempurnaan sikap toleransi selain Rasul صلی الله عليه وسلم, lalu para pewarisnya menurut kadar andil mereka dalam mencapai harta warisan beliau.
1. Toleransi Beliau صلی الله عليه وسلم Bila Memutuskan
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwasanya ada seorang lelaki yang menagih Rasulullah صلی الله عليه وسلم sembari bersikap kasar kepada beliau, maka para sahabat-pun hendak menghardiknya, beliau bersabda : "Biarkanlah dia, karena setiap orang punya hak untuk berbicara, belikan untuknya seekor onta lalu berikan kepadanya" Para sahabat berkata : "Kami tidak mendapatkan kecuali yang lebih bagus jenisnya!" Beliau bersabda : "Belikanlah dan berikan kepadanya karena sebaik-baik kalian adalah yang terbaik keputusannya" [Hadits Riwayat Bukhari 2/482 dan Muslim 11/38]
2. Toleransi Beliau Dalam Jual-Beli
Dari Jabir bin Abdullah رضي الله عنه, bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم pernah membeli unta dari dirinya, beliau menimbang untuknya dan diberatkan (dilebihkan). [Hadits Riwayat Bukhari 4/269 dan Muslim 3/1223]
Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais رضي الله عنه dia berkata : "Saya dan Makhramah Al-Abdi memasuk (mendatangkan) pakaian/makanan dari Hajar, lalu Nabi صلی الله عليه وسلم mendatangi kami dan belaiu membeli sirwal (celana), sedang aku memiliki tukang timbang yang digaji, maka Nabi صلی الله عليه وسلم memerintahkan tukang timbang tadi.
"Artinya : Timbanglah dan lebihkan !" [Hadits Riwayat Abu Dawud 3336, At-Timidzi 1305, Ibnu Majjah 2200 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh kami (Al-Albani) dalam Shahih Al-Jami 3568]
Sungguh Al-Musthofa صلی الله عليه وسلم adalah orang yang sangat lemah-lembut, bila para sahabat membicarakan masalah dunia, beliau ikut berbicara bersama mereka, bila mereka berbicara tentang akhirat, beliau juga ikut bercengkrama dengan mereka, dan bila di dalam rumahnya, beliau biasa membantu keluarganya (istrinya), dan sikap beliau ini seperti yang Allah firmankan.
"Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keselamatan dan keimanan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman" [At-Taubah : 128]
Dari sini, tidak ada seorangpun yang dapat mencapai derajat kesempurnaan sikap toleransi selain Rasul صلی الله عليه وسلم, lalu para pewarisnya menurut kadar andil mereka dalam mencapai harta warisan beliau.
1. Toleransi Beliau صلی الله عليه وسلم Bila Memutuskan
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwasanya ada seorang lelaki yang menagih Rasulullah صلی الله عليه وسلم sembari bersikap kasar kepada beliau, maka para sahabat-pun hendak menghardiknya, beliau bersabda : "Biarkanlah dia, karena setiap orang punya hak untuk berbicara, belikan untuknya seekor onta lalu berikan kepadanya" Para sahabat berkata : "Kami tidak mendapatkan kecuali yang lebih bagus jenisnya!" Beliau bersabda : "Belikanlah dan berikan kepadanya karena sebaik-baik kalian adalah yang terbaik keputusannya" [Hadits Riwayat Bukhari 2/482 dan Muslim 11/38]
2. Toleransi Beliau Dalam Jual-Beli
Dari Jabir bin Abdullah رضي الله عنه, bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم pernah membeli unta dari dirinya, beliau menimbang untuknya dan diberatkan (dilebihkan). [Hadits Riwayat Bukhari 4/269 dan Muslim 3/1223]
Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais رضي الله عنه dia berkata : "Saya dan Makhramah Al-Abdi memasuk (mendatangkan) pakaian/makanan dari Hajar, lalu Nabi صلی الله عليه وسلم mendatangi kami dan belaiu membeli sirwal (celana), sedang aku memiliki tukang timbang yang digaji, maka Nabi صلی الله عليه وسلم memerintahkan tukang timbang tadi.
"Artinya : Timbanglah dan lebihkan !" [Hadits Riwayat Abu Dawud 3336, At-Timidzi 1305, Ibnu Majjah 2200 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh kami (Al-Albani) dalam Shahih Al-Jami 3568]
No comments:
Post a Comment