Pages

Followers

Thursday, January 28, 2010

Sikap Toleransi Nabi Muhammad

Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali


Ketahuilah  wahai muslimin, bahwasanya orang yang hendak memahami makna toleransi sebagaimana mestinya, hendaknyalah dia melihat sejarah hidup Nabi صلی الله عليه وسلم dalam bermasyarakat, maka dia akan mendapatkan pengertian toleransi yang sesungguhnya.

Sungguh Al-Musthofa صلی الله عليه وسلم adalah orang yang sangat lemah-lembut, bila para sahabat membicarakan masalah dunia, beliau ikut berbicara bersama mereka, bila mereka berbicara tentang akhirat, beliau juga ikut bercengkrama dengan mereka, dan bila di dalam rumahnya, beliau biasa membantu keluarganya (istrinya), dan sikap beliau ini seperti yang Allah firmankan.

"Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keselamatan dan keimanan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman"  [At-Taubah : 128]

Dari sini, tidak ada seorangpun yang dapat mencapai derajat kesempurnaan sikap toleransi selain Rasul صلی الله عليه وسلم, lalu para pewarisnya menurut kadar andil mereka dalam mencapai harta warisan beliau.

1.    Toleransi Beliau صلی الله عليه وسلم Bila Memutuskan

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwasanya ada seorang lelaki yang menagih Rasulullah صلی الله عليه وسلم sembari bersikap kasar kepada beliau, maka para sahabat-pun hendak menghardiknya, beliau bersabda : "Biarkanlah dia, karena setiap orang punya hak untuk berbicara, belikan untuknya seekor onta lalu berikan kepadanya" Para sahabat berkata : "Kami tidak mendapatkan kecuali yang lebih bagus jenisnya!" Beliau bersabda : "Belikanlah dan berikan kepadanya karena sebaik-baik kalian adalah yang terbaik keputusannya" [Hadits Riwayat Bukhari 2/482 dan Muslim 11/38]

2.    Toleransi Beliau Dalam Jual-Beli

Dari Jabir bin Abdullah رضي الله عنه, bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم pernah membeli unta dari dirinya, beliau menimbang untuknya dan diberatkan (dilebihkan). [Hadits Riwayat Bukhari 4/269 dan Muslim 3/1223]

Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais رضي الله عنه dia berkata : "Saya dan Makhramah Al-Abdi memasuk (mendatangkan) pakaian/makanan dari Hajar, lalu Nabi صلی الله عليه وسلم mendatangi kami dan belaiu membeli sirwal (celana), sedang aku memiliki tukang timbang yang digaji, maka Nabi صلی الله عليه وسلم memerintahkan tukang timbang tadi.
"Artinya : Timbanglah dan lebihkan !"  [Hadits Riwayat Abu Dawud 3336, At-Timidzi 1305, Ibnu Majjah 2200 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh kami (Al-Albani) dalam Shahih Al-Jami 3568]



Thursday, January 21, 2010

Milikilah Sifat Malu

 عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ .
[ رواه البخاري ] 

Dari Abu Mas'ud, 'Uqbah bin 'Amr Al Anshari Al Badri"Sesungguhnya diantara yang didapat manusia dari kalimat kenabian yang pertama ialah : Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu." 

Wednesday, January 20, 2010

Hadits Dhaif Dan Maudhu

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah

Suatu musibah besar yang menimpa kaum muslimin semenjak masa lalu adalah tersebarnya hadits dhaif (lemah) dan maudhu (palsu) di antara mereka. Saya tidak mengecualikan siapapun di antara mereka sekalipun ulama’-ulama’ mereka, kecuali siapa yang dikehendaki Allah di antara mereka dari kalangan para ulama’ Ahli Hadits dan penelitinya sepert Imam Bukhari, Imam Ahmad, Ibnu Main, Abu Hatim Ar Razi dan selain mereka.  Dan dampak yang timbul dari penyebarannya adalah adanya kerusakan yang besar. (Karena) di antara hadits-hadits dhaif dan maudhu itu, terdapat masalah (yang berkenaan dengan) keyakinan kepada hal-hal ghaib, dan juga masalah-masalah syari’at. Dan pembaca yang mulia akan melihat hadits-hadits tersebut, insya Allah.  Dan sungguh hikmah Allah, Dzat yang Maha Mengetahui menetapkan, untuk tidak meninggalkan hadits-hadits yang dibuat oleh orang-orang yang berpaling dari kebenaran, untuk tujuan yang bermacam-macam. Hadits itu “berjalan” di antara kaum muslimin tanpa ada yang mendatangkan dalam hadits-hadits itu orang yang (dapat) “menyingkapkan penutup” hakikatnya, dan menerangkan kepada manusia tentang perkara mereka. (Orang yang dimaksud tersebut adalah) Imam-Imam ahli hadits, yang membawa panji-panji sunnah nabawiyyah, dimana Rasulullah صلی الله عليه وسلم berdo’a bagi mereka dengan sabdanya :  “Artinya : Semoga Allah memperindah seseorang yang mendengar perkataanku, lalu menjaga, menghafal dan menyampaikannya. Karena bisa jadi orang yang membawa pengetahuan tidak lebih faham dari orang yang disampaikan”. [Hadits riwayat Abu Dawud, Tirmidzi (dan beliau menshahihkannya) dan Ibnu Hibban dalam shahihnya]

Para ulama’ ahli hadits telah menerangkan keadaan sebagaian besar hadits-hadits itu, baik itu shahihnya maupun dha’ifnya. Dan menetapkan dasar-dasar ilmu hadits, membuat kaidah-kaidah ilmu hadits. Barang siapa mendalami ilmu-ilmu itu dan memperdalam pengetahuan tentangnya, dia akan mengetahui derajat suatu hadits, walaupun hadist itu tidak dijelaskan oleh mereka. Yang demikian itu adalah (dengan) Ilmu Ushulul Hadits atau Ilmu Musthala Hadits.  Para ulama’ yang hidup pada masa belakangan telah mengarang satu kitab khusus untuk mengungkap suatu hadits, dan menerangkan keadaannya.

Salah satu kitab yang termasyhur dan paling luas adalah kitab :  "al-Maqosidu al-Hasanah fi Bayani Katsirin minal ahaadits al-Mustaharah 'alal alsinah" Yang dikarang oleh Al Hafidh As Sakhowi, dan kitab-kitab yang semisalnya, dari kitab-kitab “Takhrijul hadits”.  Kitab-kitab itu menerangkan keadaan hadits yang terdapat dalam kitab-kitab bukan ahli hadits, dan menerangkan hadits yang tidak ada asalnya. Seperti kitab :  "Nasbu ar-Rayati li ahaditsil hidayah" Yang dikarang oleh al-Hafidz az-Zaila’i, dan kitab :  "Al-Mughni an hamlil asfar fi al-Asfar fi Takhriji ma fil ihyai minal akhbar" Yang dikarang oleh al-Hafidh al-Iraqi, dan kitab :  "At-Talhis al-Habir fi Tahrij ahadits ar-Rafi'i al-Kabir" Yang dikarang al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani, dan juga kitab  "Tahriju Ahadits al-Kassyaf" Yang juga dikarang al-Hafidh Ibnu Hajar Asqalani dan juga kitab :  "Tahriju ahadits as-Syifaa" Yang dikarang oleh Syekh as-Suyuthi. Dan semua kitab-kitab tersebut diatas tercetak.  Padahal ulama-ulama ahli hadits tersebut, (semoga Allah membalas kebaikan mereka) telah memudahkan jalan bagi para ulama dan penuntut ilmu setelah mereka, sehingga mereka mengetahui derajat suatu hadits pada kitab-kitab itu dan kiab-kitab yang semisalnya. Akan tetapi kami melihat mereka (ulama’ dan penuntut ilmu) “dengan rasa prihatin”, telah berpaling dari membaca kitab-kitab yang tersebut di atas, mereka tidak mengetahui (dengan sebab berpaling dari membaca kitab-kitab tersebut diatas) keadaan hadits-hadits yang mereka hafalkan dari Syaikh-Syaikh mereka, atau yang mereka baca dari kitab-kitab yang tidak “memeriksa” hadits-hadits yang shahih atau dha’if, oleh karena itu hampir-hampir kita mendengarkan suatu nasihat dari orang-orang yang memberi nasihat, pengajian dari salah seorang ustadz atau khutbah dari seorang khathib, melainkan kita dapati hadits-hadits lemah atau palsu (disampaikan), dan ini adalah perkara yang membahayakan, (karena) dikhawatirkan atas mereka termasuk orang-orang yang diancam oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم dengan sabdanya :  “Artinya : Barang siapa berdusta dengan sengaja atas namaku maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di Neraka”. [Hadits shahih mutawatir]

  Karena sesungguhnya mereka walaupun tidak berniat berdusta secara langsung tetapi telah melakukan perbuatan dosa, karena mereka menukil hadits-hadits semuanya (tanpa menyeleksi), sedang mereka mengetahui bahwa dalam hadits-hadits itu terdapat hadits dha’if dan maudhu’. Dan mengenai hal ini Rasulullah صلی الله عليه وسلم telah memberi isyarat dengan sabdanya :  “Artinya : Cukuplah seorang dianggap pendusta karena menceritakan perkataan yang ia dengar” [HR. Muslim]

Kemudian diriwayatkan dari Imam Malik bahwa beliau berkata : “Ketahuilah tidak akan selamat seorang lelaki yang menceritakan apa saja yang ia dengar, dan selamanya seorang tidak akan menjadi pemimpin jika ia menceritakan setiap perkataan yang ia dengar”.  Imam Ibnu Hibban berkata dalam shahihnya halaman 27 tentang bab : “Wajibnya masuk neraka bagi seseorang yang menyandarkan sesuatu ucapan kepada Nabi صلی الله عليه وسلم, sedangkan ia tidak mengetahui kebenarannya”.  Kemudian ia menukil dengan sanadnya dari Abu Hurairah secara marfu’ :  “Artinya : Barang siapa berkata atasku apa yang tidak aku katakan,maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka”. [Sanad hadits ini hasan, dan asalnya dalam shahih Bukhari dan Muslim]

Dan Imam Ibnu Hibban berkata tentang bab “khabar yang menunjukkan benarnya apa yang kami isyaratkan padanya pada bab yang lalu”. Lalu ia menukil dengan sanadnya dari Samrah bin Jundub, ia berkata : Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda :  “Artinya : Barang siapa menceritakan dariku suatu hadits dusta, maka ia termasuk seorang pendusta”. [Hadits riwayat Muslim]  Maka jelaslah dengan apa yang disebutkan (diatas), bahwa tidak diperbolehkan menyebarkan hadits-hadits dan riwayat-riwayatnya tanpa tasabbut (mencari informasi tentang kebenarannya). Dan barang siapa melakukan perbuatan itu (menyebarkan hadits tanpa mencari kejelasan tentang kebenarannya terlebih dahulu) maka ia terhitung berdusta atas Rasulullah صلی الله عليه وسلم. Dan beliau صلی الله عليه وسلم bersabda :  “Artinya : Sesungguhnya berdusta kepadaku, tidak sebagaimana berdusta kepada salah seorang (di antara kalian), barang siapa berdusta kepadaku secara sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka”.[HR. Muslim]

Oleh karena bahayanya perkara ini, saya berpendapat untuk memberi andil dalam “mendekatkan” pengetahuan tentang hadits-hadits yang kita dengar pada masa kini, atau hadits-hadits yang kita baca dalam kitab-kitab yang telah beredar, yang (tidak jelas kedudukannya) menurut ahli hadits, atau (hadits-hadits itu atasku palsu). Semoga hal ini menjadi peringatan dan mengingatkan bagi orang yang mengambil pelajaran sedang ia takut (kepada Allah Jalla Jala Luhu). [Lihat Silsilah Hadits Dhaifah halaman 47-51]

Hadits-hadits Dhaif dan maudhu yang tersebar dan diyakini (bahkan) diamalkan. 

[1]. Hadits Palsu Rasululla صلی الله عليه وسلم bersabda : “Barangsiapa diberi (oleh Allah Jalla Jala Luhu) kelahiran seorang anak, lalu ia beradzan di telinga anaknya yang sebelah kanan da iqomah di sebelah kiri, maka syetan tidak akan membahayakan anak tersebut” [Silsilah Hadits Dhaifah jilid I hadits nomor 321]

  [2]. Hadits Palsu Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda : “Barangsiapa menunaikan haji ke Baitullah dan tidak berziarah (mengunjungiku) maka ia telah menjauhiku” [Silsilah Hadits Dhaifah jilid I hadits nomor 45]

[3]. Hadits Palsu Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: “Barangsiapa menunaikan haji, lalu berziarah ke kuburku sesudah aku mati,maka ia seolah-olah berziarah kepadaku ketika aku masih hidup” [Silsilah Hadits Dhaifah jilid I hadits nomor 47]

  [4]. Hadits Palsu Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda : “Barangsiapa berziarah ke kubur orang tuanya atau salah seorang dari keduanya setiap hari Jum’at, niscaya diampuni dan ditulis baginya kebaikan” [Silsilah Hadits Dhaifah jilid I hadits nomor 49]

[5]. Hadits Palsu Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda : “ Barangsiapa berziarah ke kubur kedua orang tuanya setiap hari Jum’at, lalu membaca di samping kubur kedua orang tuanya atau kubur salah seorang dari keduanya surat Yasin, niscaya diampuni dengan setiap ayat atau huruf (yang dibacanya)” [Silslah Hadits Dhaifah jilid I hadits nomor 30]

Monday, January 18, 2010

fikirlah sejenak...

hamdan lillah...allazi an'ama 'alaina bini'matil islam wal iman..wahadaanaa ila toriiqissalaam  wa nahmaduhu wanasta'inuhu wanastagfiruhu,wana'uzubillahimin syuruuri anfusina wamin sayyiaati'amaalinaa..mainyahdihillahu fala mudillalah wamain yudlilhu fala haadiyalah...waba'd..


alhamduliilah..disini ingin saya menyeru kepada semua saudara/saudari sekalian serta diri saya yang lemah ini....yang sering leka dengan kehidupan dunia agar sama2 kita merenung kembali adakah kita berlaku adil atas nikmat yang diberikan?Adakah kita menggunakan ni'mat tersebut untuk memuaskan nafsu semata-mata tanpa kita memikirkan suruhan/tujuan disebalik ni'mat yang dikurniakan kepada kita?Atau mungkin kita tahu suruhan tersebut dan kita tahu tujuan pemberian ni'mat tersebut tapi sikap sombong kita dan lupa diri kita yang menyebabkan kita sengaja meninggalkan tanggungjawab disebalik pemberian ni'mat tersebut?

adapun kita sedar bahawa begitu banyak ni'mat pemberian tuhan kepada kita dan antaranya yang terbesar ialah ni'mat islam itu sendiri.kita bersyukur kerana dilahirkan dalam kelompok masyarakat,negara serta keluarga yang berlatar belakangkan agama islam.kita ditaqdirkan oleh Allah swt berada dalam kelompok umat nabi muhammad saw.maka bagaimanakah cara kita nak nyatakan terima kasih kita kepada Allah swt atas ni'mat yang cukup besar ini?maka cara yang terbaik ialah dengan cara kita menjadi pengikut nabi muhammad saw yang sentiasa membawa prinsip2 baginda,akhlak baginda dan seruan baginda dengan nada yang betul,dengan cara yang betul agar tidak lari dari tujuan sebenar kita iaitu menyampaikan kebenaran yang benar.

sebagai hamba yang telah diciptakan Allah swt maka sewajarnya untuk kita menyatakan terima kasih kita dengan cara kita menjadi hamba yang taat kepada perintahnya,yang akur dengan larangannya serta redha/terima segala baik buruk yang datang darinya.ketahuilah bahawa segala yang ditimpakan kepada kita tidak kira baik atau buruk mempunyai hikmah disebalik timpaan tersebut.perkara utama yang perlu kita laksanakan sebagai seorang hamba ialah meng'abdikan diri kepadaNYA.jika solat diserunya maka sahutlah seruan tersebut.jika arak dilarangnya maka turutilah larangan tersebut.

ALLAHU  A'LAM
 

Sunday, January 17, 2010

SERUANKU

BAWALAH ISLAM!
WALAU DIAMANA PUN KITA BERADA.

JANGAN LUPA IDENTITI KITA ORANG ISLAM,
BUKAN SEKADAR LENGKAP BERJUBAH SERTA BERSERBAN,
BUKAN SEKADAR BERCELAK SERTA BERTASBIHKAN KAYU KOKKA,
TETAPI PERLULAH DISERTAKAN KESELURUHANNYA,
PERASAAN KITA,JIWA KITA,AKHLAK KITA SERTA CARA BERFIKIR KITA
PERLULAH SELARI DENGAN KEHENDAK AGAMA.

NILAIAN MANAKAH YANG MENJADI KEUTAMAAN KITA?
ADAKAH MANUSIA @ TUHAN YANG MAHA ESA?
TUHAN  TIDAK AKAN MENILAI MANUSIA ITU KERANA WAJAHNYA YANG NAMPAK WARAK,KERANA HARTANYA YANG BANYAK,KERANA PERWATAKANNYA DIHADAPAN MANUSIA SEMATA2.AKAN TETAPI KETAHUILAH BAHAWA TUHAN NILAI KITA ATAS AMALAN BAIK KITA SERTA HATI KITA YANG TERPAUT KEPADANYA.TETAPI SEJAUH MANAKAH NILAI AMALAN KITA DISISI TUHAN?SEJAUH MANAKAH HATI KITA TERPAUT KEPADA TUHAN?




SAMPAIKANLAH ISLAM!
WALAU DIMANA PUN KITA BERADA.

 BILA KITA BERSEMBANG MASUKKANLAH AGAMA,
BILA KITA BERCAKAP DIKHALAYAK RAMAI MASUKKANLAH NILAI2 AGAMA,
BILA KITA DIHADAPAN SAHABAT KITA MASUKKANLAH NILAI2 AGAMA.
SEMANGAT DA'IE PERLU KITA ADA,
TIDAK KIRA DIMANA PUN KITA BERADA SAMPAIKANLAH AGAMA KERANA ITU TANGGUNGJAWAB KITA.BUKANLAH AGAMA URUSAN ORANG2 AGAMA SAHAJA.AGAMA URUSAN BERSAMA TIDAK KIRA MUDA ATAU TUA,HODOH ATAU CANTIK,TERKENAL ATAU SEKADAR ORANG BIASA,SELAGI ADA PENGETAHUAN AGAMA DISISINYA MAKA WAJIBLAH KEPADANYA UNTUK MENYAMPAIKANYA TAPI DENGAN CARA PENYAMPAIAN YANG BERLUNASKAN NAS-NAS,BUKANLAH AKAL SEMATA-MATA.



JELASKANLAH PRINSIP ISLAM!
WALAU DIMANA PUN KITA BERADA.

YANG BENAR TETAP BENAR.SAMPAIKAN YANG BENAR,AMBIL YANG BENAR.WALAU SEORANG ULAMA BESAR PUN JIKA IA SALAH TETAP MENJADI SALAH.TIDAKLAH KERANA DIA SEORANG ULAMA KITA KENA AMBIL SEMUA  KATA2NYA.JIKA BENAR KATA2NYA MAKA BENARLAH IA(KATA2NYA) TETAPI JIKA BATIL KATA2NYA MAKA BATILLAH IA(KATA2NYA)MANA YANG DATANG DARI AL QURAN DAN AS SUNNAH  ITULAH  MENJADI SATU KEWAJIPAN UNTUK KITA PATUH KEPADANYA.

WALLAHU 'ALAM

Friday, January 15, 2010

Solat Gerhana Bulan & Matahari


 















Oleh: Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul
Editor (ke Bahasa Malaysia): Abu Nashiruddin Dzul Riyhayn b. Abd Wahab  


Solat khusuf (gerhana bulan) dan kusuf (gerhana matahari) merupakan sunnah mua’kkad. Disunatkan bagi orang muslim untuk mengerjakannya. Hal itu berdasarkan pada dalil berikut ini.  

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia bercerita bahawa pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terjadinya gerhana matahari, lalu beliau mengerjakan solat bersama para sahabah. Maka baginda berdiri dan memanjangkan waktu berdiri, lalu baginda ruku' dan memanjangkannya. Kemudian baginda berdiri dan memanjangkannya –berdiri yang kedua ini tidak selama berdiri pertama-. Setelah itu, baginda ruku' dan memanjangkan ruku', ruku'-nya ini lebih pendek dari ruku pertama. Selanjutnya, baginda sujud dan memanjangkannya. Kemudian baginda mengerjakan pada raka'at kedua seperti apa yang beliau kerjakan pada raka'at pertama. Setelah itu, baginda berbalik sedang matahari telah muncul. Lalu baginda memberikan khutbah kepada para sahabah. Baginda memanjatkan pujian dan sanjungan kepada Allah. Dan setelah itu, baginda bersabda.

Ertinya: "Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak terjadi gerhana kerana kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh kerana itu, jika kalian melihat hal tersebut maka hendaklah kalian berdo’a kepada Allah, bertakbir, solat dan bersedekah”. Setelah itu, beliau bersabda : “Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang yang lebih cemburu dari Allah jika hambaNya, laki-laki atau perempuan berzina. Wahai umat Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” [Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani][1]

Dapat saya katakan, dari dalil yang terkandung dalam hadits di atas, bahawa perintah mengerjakan solat itu diikuti dengan perintah untuk bertakbir, berdo’a, dan bersedekah. Dan tidak ada seorangpun yang mewajibkan bersedekah, bertakbir dan berdo’a pada saat terjadi gerhana. Dengan demikian, menurut kesepakatan ijma’ bahawa perintah tersebut bersifat sunat. Demikian juga dengan perintah untuk mengerjakan solat yang diikuti dengannya.[2] Wallaahul Muwaffiq.

Sifat & Jumlah Raka'at Solat Kusuf  

Pertama: Tidak Ada Adzan Dan Iqamah Untuk Shalat Kusuf

Para ulama' telah bersepakat untuk tidak mengumandangkan adzan dan iqomah bagi solat kusuf[3]. Dan yang disunnahkan[4] menyerukan untuknya “Ash-Shalaatu Jaami’ah”.  

Yang menjadi hujah bagi hal tersebut adalah apa yang ditegaskan dari Abdullah bin Amr radhiyallahuma, dia bercerita:

“Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diserukan: Innash Shalaata Jaami’ah.”[Diriwayatkan oleh asy-Syaikhani][5]   

Kedua: Jumlah Raka’at Solat Kusuf  

Solat gerhana itu dikerjakan dua raka'at dengan dua ruku’ pada setiap raka'at. Yang menjadi dalil hal tersebut adalah hadits A'isyah radhiyallahu ‘anha yang telah kami sampaikan sebelumnya. Dan juga hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia bercerita:

“Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka baginda pun berdiri dengan waktu yang panjang sepanjang bacaan surah al-Baqarah. Kemudian beliau ruku' dengan ruku' yang cukup panjang, lalu baginda bangkit dan berdiri dalam waktu yang lama juga -tetapi lebih pendek dari berdiri pertama-. Kemudian baginda ruku' dengan ruku' yang lama– ruku' yang lebih pendek dari ruku' pertama-. Setelah itu, beliau sujud. Kemudian baginda berdiri dalam waktu yang lama –tetapi lebih pendek dari berdiri pertama. Selanjutnya, baginda ruku' dengan ruku' yang lama- ruku' yang lebih pendek dari ruku' pertama. Setelah itu, baginda sujud. Kemudian baginda berbalik, sedang matahari telah muncul. Maka baginda bersabda.

Ertinya: "Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana kerana kematian seseorang dan tidak juga kerana kehidupan seseorang. Oleh kerana itu, jika kalian melihat hal tersebut, maka berdzikirlah kepada Allah.”  

Para sahabah bertanya: “Wahai Rasulullah, kami melihatmu mengambil sesuatu di tempat berdirimu, kemudian kami melihatmu mundur ke belakang”.

Baginda bersabda.

Ertinya: "Sesungguhnya aku melihat Syurga, maka aku berusaha mengambil setandan (buah-buahan). Seandainya aku berhasil meraihnya, nescaya kalian akan dapat memakannya selama dunia ini masih ada. Dan aku juga melihat Neraka, aku sama sekali tidak pernah melihat pemandangan yang lebih menyeramkan dari pemandangan hari ini. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.”    Para sahabat bertanya, “Kerana apa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kerana kekufuran mereka”. Ada yang bertanya “Apakah mereka kufur kepada Allah?”.

Baginda menjawab:  

Ertinya: "Mereka kufur kepada keluarganya (suaminya), dan kufur terhadap kebaikan (tidak berterima kasih). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang waktu, lalu dia melihat sesuatu (kesalahan) darimu, nescaya dia akan mengatakan: “Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu.” [Diriwayatkan oleh Aasy-Syaikhani][6]

Kesimpulan

Di dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha dan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma di atas terdapat dalil yang menunjukkan disunatkan berkhutbah dalam solat kusuf, yang disampaikan setelah solat.[7]  

Ketiga: Menjaharkan Bacaan Dalam Shalat Kusuf

Bacaan dalam solat kusuf dibaca dengan jahr (suara keras@kuat), sebagaimana yang dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.  

Dari A'isyah radhiyallahu ‘anha:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjaharkan bacaannya dalam solat kusuf. Jika selesai dari bacaannya, baginda pun bertakbir dan ruku'. Dan jika dia bangkit ruku', maka baginda berucap : “Sami Allaahu liman Hamidah. Rabbana lakal hamdu”. Kemudian baginda kembali mengulang bacaan dalam solat kusuf. Empat ruku' dalam dua rakaat dan empat sujud.” [Diriwayatkan oleh asy-Syaikhani][8]

at-Tirmidizi rahimahullah mengatakan: “Para ulama telah berbeza pendapat mengenai bacaan di dalam solat kusuf. Sebagian ulama berpendapat supaya dibaca perlahan (sirr, dengan suara tidak terdengar) dalam solat kusuf pada waktu siang hari. Sebagian lainnya berpendapat supaya menjaharkan bacaan dalam solat kusuf pada siang hari. Sebagaimana halnya dengan solat ‘Idul Fithi dan 'Idul Adha serta solat Jum’at. Pendapat itulah yang dikemukakan oleh Malik, Ahmad dan Ishaq. Mereka berpendapat menjaharkan bacaan pada shalat tersebut. Asy-Syafi’i mengatakan : Bacaan tidak dibaca Jahr dalam solat sunat."[9]

Dengan ini saya katakan bahawa apa yang sesuai dengan hadits, itulah yang dijadikan sandaran.[10] Wabillahi Taufiq.

Keempat : Solat Kusuf Dikerjakan Berjama'ah  Di Masjid.  

Yang sunat dikerjakan pada solat kusuf adalah mengerjakannya di masjid. Hal tersebut didasarkan pada beberapa hal berikut ini.

[1] Disyariatkannya seruan di dalam solat kusuf, iaitu dengan “Ash-Shalaatu Jaami’ah”
[2] Apa yang disebutkan bahawa sebahagian sahabah mengerjakan solat kusuf ini dengan berjama’ah di masjid.[11]
[3] Isyarat yang diberikan oleh kedua riwayat di atas dari hadits Ai'syah dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan solat gerhana itu secara berjama’ah di masjid. Bahkan dalam sebuah riwayat hadits A'isyah di atas, dia bercerita,

“Pada masa hidup Rasulullah pernah terjadi gerhana matahari, lalu beliau pergi ke masjid, kemudian baginda berdiri dan bertakbir, dan orang-orang pun membuat barisan di belakang beliau." [12]  

Kelima: Jika Seseorang Tertinggal Mengerjakan Satu dari Dua Ruku' Dalam Satu Raka’at.  

Solat kusuf ini terdiri dari dua raka'at, masing-masing raka'at terdiri dari dua ruku' dan dua sujud. Dengan demikian, secara keseluruhan, solat kusuf ini terdiri dari empat ruku' dan empat sujud di dalam dua raka'at.

Barangsiapa mendapatkan ruku' kedua dari raka'at pertama, berarti dia telah kehilangan berdiri, bacaan, dan satu ruku'. Dan berdasarkan hal tersebut, bererti dia belum mengerjakan satu dari dua raka'at solat kusuf, sehingga raka'at tersebut tidak dianggap telah dikerjakan. Berdasarkan hal tersebut, setelah imam selesai mengucapkan salam, maka hendaklah dia mengerjakan satu rakaat lagi dengan dua ruku', sebagaimana yang ditegaskan di dalam hadits-hadits shahih. Wallahu a’lam.  

Yang menjadi dalil baginya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ertinya: "Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang bukan atas perintah kami, maka dia akan ditolak.” [Muttaffaq ‘alaihi][13]

Dan bukan dari perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, solat satu raka'at saja dari solat kusuf dengan satu ruku'. Wallahu ‘alam  

Solat Gerhana Bulan Sama (Caranya) Dengan Solat Gerhana Matahari  

Solat gerhana bulan dikerjakan sama seperti solat gerhana matahari. Hal tersebut didasarkan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ertinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana kerana kematian seseorang dan tidak juga kerana kehidupan seseorang. Oleh kerana itu, jika kalian melihat hal tersebut maka hendaklah kalian berdo’a kepada Allah, bertakbir, solat dan bersedekah”.[14]  

Dapat saya katakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah pernah mengerjakan solat gerhana matahari dan beliau menyuruh kita untuk melakukan hal yang sama ketika terjadi gerhana bulan. Dan hal itu sudah sangat jelas lagi   terang. Wallahu ‘alam

Ibnu Mundzir mengatakan: “Solat gerhana bulan dikerjakan sama seperti solat gerhana matahari.”[15]

[Disalin dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i]

_________
Fote Note

[1] Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di beberapa tempat, yang diantaranya di dalam Kitaabul Kusuuf, bab Ash-Shadaqah fil Kusuuf (hadits no. 1044). Dan redaksi di atas adalah miliknya. Dan juga Muslim di dalam Kitaabul Kusuuf, bab Shalaatul Kusuuf (hadits no. 901).
[2] Lihat sekitar Dalalaatul Itqiraan, bila waktu muncul, bila muncul kelemahannya, dan bila pula keduanya sama. Badaa’iul Fawaa’id (IV/183-184)  [3] Fathul Baari (II/533) dan Masuu’atul Ijmaa (I/696)
[4]. Syarhul Umdah, karya Ibnu Daqiqil Ied (II/135-136). Dan juga kitab Fathul Baari (II/533).
[5]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari di beberapa tempat, yang di antaranya di dalam Kitaabul Kusuuf, bab An-Nidaa bish Shalaati Jaami’ah fil Kusuuf (hadits no. 1045). Dan lafaz di atas adalah miliknya. Dan juga diriwayatkan oleh Muslim di dalam Kitaabul Kusuuf, bab Dzikrun Nidaa bi Shalaatil Kusuuf : Ash-Shalaatu Jaami’ah, (hadits no. 910). Lihat Jaami’ul Ushuul (VI/178).
[6] Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari di beberapa tempat, yang diantaranya di dalam Kitaabul Kusuuf, bab Shalaatil Kusuuf Jama’atan, (hadits no. 1052), dan lafazh di atas adalah miliknya. Dan juga diriwayatkan oleh Muslim di dalam Kitaabul Kusuuf, bab Maa ‘Aradha Alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam fii Shalaatil Kusuuf min Amril Jannah wan Naar, (hadits no. 907). Dan lihat kitab. Jaami’ul Ushuul (VI/173).
 [7] Dan termasuk terjemahan al-Bukhari di dalam (Kitaabul Kusuuf, bab Khuthbatul Imam fil Kusuuf), A'isyah dan Asma radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah…” Selanjutnya, dia menyebut hadits A'isyah di atas, Fathul Baari (II/533-534).
 [8] Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari di beberapa tempat, di antaranya di dalam Kitaabul Kusuuf, bab Al-Jahr bil Qiraa’ah fil Kusuuf, (hadits no. 1065) dan lafaz di atas adalah miliknya. Dan juga diriwayatkan oleh Muslim di dalam Kitaabul Kusuuf, bab Shalaatul Kusuuf, (hadits no. 901). Lihat Jaami’ul Ushuul (VI/156).   Takhrij hadits ini telah diberikan sebelumnya, tanpa memberi isyarat kepada riwayat ini.
[9] Sunan at-Tirmidzi (II/448 –tahqiq Ahmad Syakir).
[10] Lihat ungkapan asy-Syafi’i dan dalilnya di dalam kitab Al-Umm (I/243). Juga pembahasan dalil-dalilnya serta penolakan terhadapnya di dalam kitab, Fathul Baari (II/550).
[11] Dari terjemahan al-Bukhari di dalam kitab Shahihnya, bab Shalaatul Kusuuf Jamaa’atan. Dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menjadi imam untuk solat mereka di pelataran zam-zam. Ali bin Abdullah bin Abbas mengumpulkan (orang-orang). Dan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pun solat …”. Kemudian dengan sanadnya dia menyebut hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma terdahulu.

Pendapat yang mensyari'atkan solat kusuf dengan berjama’ah adalah pendapat jumhur. Sekalipun imam tetap tidak hadir, maka sebagian mereka boleh menjadi imam atas sebagian lainnya. Lihat kitab Fathul Baari (II/539-540).
[12] Dari terjemah al-Bukhari di dalam kitab Shahihnya, bab: Shalatul Kusuuf fil Masjid. Di dalamnya disebutkan hadits A'isyah radhiyallahu ‘anha di atas dengan riwayat yang di dalamnya terdapat ucapannya: “Kemudian pada suatu pagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki kendaraan, lalu terjadilah gerhana matahari. Kemudian beliau pulang kembali pada waktu Dhuha, maka beliau pun berjalan di antara rumah-rumah isteri beliau….: (hadits no. 1056).

Di dalam kitab Fathul Baari (II/544), ketika mengomentari hadits ini, Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Tidak ada pernyataan jelas yang menyebutkan bahwa solat kusuf ini dikerjakan di masjid, tetapi hal tersebut disimpulkan dari perkataan A'isyah : “Lalu beliau berjalan di dekat rumah-rumah para isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memang bersebelahan dengan masjid. Dan solat kusuf di masjid ini telah dinyatakan secara terang dalam sebuah riwayat Sulaiman bin Bilal, dari Yahya bin Sa’id, dari Umrah yang ada pada Muslim (saya katakan: “Hadits no. 903)

Dan lafaznya adalah seperti berikut: ”Kemudian aku keluar di antara para wanita di depan rumah isteri-isteri Nabi di masjid. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan turun dari binatang tunggangannya hingga akhirnya sampai ke tempat shalat yang beliau mengerjakan shalat di sana”.

Saya katakan, dan yang lebih jelas dari itu adalah apa yang terdapat dalam hadits A'isyah terdahulu, yang ada pada Muslim, pada no. 901 A'isyah radhiyallahu ‘anha berkata:

“Pada masa hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari, lalu beliau pergi ke masjid, kemudian beliau berdiri dan bertakbir, dan orang-orang pun membuat barisan di belakang beliau...”
 [13] Hadits shahih. Diriwayatlkan oleh al-Bukhari sebagai kata pembuka dengan lafaz ini di dalam Kitaabul Buyuu’, bab An-Najasy, Fathul Baari (IV/355). Dan diriwayatkan secara bersambungan di dalam Kitabush Shulh, bab Idzaa Ishtalahu ‘alaa Shulhi Juurin fa Shulhu Marduud, dengan lafaz: “Barangsiapa membuat suatu hal yang baru dalam perintah kami ini, yang bukan darinya, maka dia tertolak”. Dan diriwayatkan oleh Muslim di dalam Kitaabul Uqdhiyah, bab Naqdhul Ahkaam Al-Baathilah wa Raddu Muhdatsaatil Umuur, (hadits no. 1718). Dan lihat juga kitab, Jaami’ul Ushuul (I/289).
[14] Takhrijnya sudah diberikan sebelumnya, dimana ia merupakan bahagian dari hadits A'isyah mengenai solat kusuf yang disebutkan di awal pembahasan.
 [15] Al-Iqnaa, karya Ibnul Mundzir (I/124-125)          

http://purify-educate.blogspot.com/feeds/posts/default

Sunnah-Sunnah Yang Berkaitan Dengan Keluar Masuk bilik Mandi

Syaikh Khalid al Husainan 

Sunnah-Sunnahnya Adalah:

[a]. Masuk dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan

[b]. Doa ketika masuk kamar mandi  "Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari godaan syaitan laki-laki  dan perempuan [Hadits Riwayat Bukhari no. 142; 6322 dan Muslim no. 375]

[c]. Doa ketika keluar  kamar mandi  "Artinya : Aku minta ampun kepada-Mu [Hadits Riwayat Seluruh penyusun sunan kecuali An Nasaa'i] [1]  Rutinitas manusia masuk kamar mandi dalam sehari semalam merupakan kebiasaan yang terjadi berulang kali dan setiap kali keluar masuk dari kamar mandi dengan menerapkan sunnah-sunnah tersebut  maka ia telah melaksanakan dua sunnah Rasul صلی الله عليه وسلم ketika masuk  (mendahulukan kaki kiri dan berdoa ketika masuk) dan dua sunnah  Rasul صلی الله عليه وسلم ketika keluar (mendahulukan kaki kanan dan berdoa ketika keluar).  Makna dari 'al-khubusyu wal khabai'syi'" adalah syaitan dari jenis laki-laki dan perempuan. Berlindunglah kepada Allah dari kejahatan mereka karena sesungguhnya kamar mandi adalah tempat tinggal mereka


 foote note.
[1] Hadits Riwayat Abu Dawud no. 39, Ibnu Majah no. 300 dan At-Tirmidzi no. 7. Dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil no. 52


Dibuat oleh SalafiDB http://salafidb.googlepages.com

Sunnah-Sunnah Ketika Bangun Tidur

  Syaikh Khalid al Husainan


[a].Mengusap Bekas Tidur Yang Ada Di  Wajah Maupun Tangan  Hal ini menurut Imam An-Nawawy dan Al Hafidz Ibnu Hajar sebagai sesuatu yang dianjurkan berdasarkan hadits Rasulullah صلی الله عليه وسلم  " Artinya : Rasulullah bangun tidur kemudian duduk sambil mengusap wajahnya dengan tangannya" [Hadits Riwayat Muslim no. 763 ]

[b]. Doa Ketika Bangun Tidur  "Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkanNya dan kepadaNya kami dibangkitkan" [Hadits Riwayat Bukhari no. 6312 dan Muslim no. 2711]

[c]. Bersiwak  "Artinya : Adalah Rasulullah apabila bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak [Hadits Riwayat Bukhari no. 245 dan Muslim no. 255]

[d]. Beristintsaar [Mengeluarkan /Menyemburkan Air Dari Hidung Sesudah Menghirupnya]  "Artinya : Apabila seorang diantara kalian bangun tidur maka beristintsaarlah tiga kali karena sesungguhnya syaitan bermalam di batang hidungnya" [Hadits Riwayat Bukhari no. 3295 dan Muslim no. 238]

[e]. Mencuci  Kedua Tangan Tiga Kali. Berdasarkan hadits Rasulullah صلی الله عليه وسلم  "Artinya : Bila salah seorang diantaramu bangun tidur, janganlah ia menyelamkan tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali [Hadits Riwayat Bukhari no. 162 dan Muslim no. 278]


Dibuat oleh SalafiDB http://salafidb.googlepages.com

Sunnah-Sunnah Dalam Wudhu

                                                    Syaikh Khalid al Husainan


[a]. Mengucapkan Bismillah[1]

[b]. Membasuh Kedua Telapak Tangan Tiga Kali[2]

[c]. Mendahulukan Berkumur-Kumur (Madhmadhoh) Dan Istinsyaq (Memasukkan Air Ke Dalam Hidung Lalu Menghirupnya Dengan Sekali Nafas Sampai Ke dalam Hidung Yang Paling Ujung) Sebelum Membasuh Muka.

[d]. Setelah Istinsyaq Lalu Istintsaar (Mengeluarkan /Menyemburkan Air Dari Hidung Sesudah Menghirupnya Dengan Telapak Tangan Kiri).  Berdasarkan hadits :  "Artinya : ...Lalu Nabi membasuh kedua telapak tangan tiga kali kemudian berkumur-kumur dan istinsyaq, lalu istintsaar lalu membasuh muka tiga kali..."[Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 159 dan Muslim no. 226]

[e] Bersungguh-Sungguh Dalam Berkumur-Kumur Dan Istinsyaq Bagi Orang Yang Sedang Tidak Berpuasa.  Berdasarkan hadits :  "Artinya : Bersungguh-sungguh dalam menghirup air ke hidung, kecuali kalau kamu sedang berpuasa‌. [HR.Abu Dawud, no. 142; Tirmidzi, no.38; Nasaaiy, no. 114 dan Ibnu Majah, no. 407 & 448 dan selain mereka).  Makna bersungguh-sungguh dalam berkumur-kumur adalah menggerakkan air di ke seluruh bagian mulutnya. Sedangkan makna bersungguh-sungguh dalam istinsyaq adalah menghirup air sampai ke bagian hidung yang terdalam.

[f]. Menyatukan Antara Berkumur Dan Istinsyaq Dengan Sekali Cidukan Tangan Kanan, Tanpa Pemisahan Antara Keduanya.

[i]. Mengusap Kepala  Cara mengusap kepala, memulai dari bagian depan kepala depan kemudian menggerakkan kedua tangannya hingga ke belakang (tengkuk) lalu mengembalikan ke tempat semula.  Hukum membasuh kepala adalah wajib yaitu berlaku keumuman pada setiap apa yang dibasuh dari kepala dalam berbagai kondisi. Berdasarkan hadits Rasulullah صلی الله عليه وسلم.  "Artinya : Kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم membasuh kepalanya lalu menjalankan kedua tangannya ke belakang dan mengembalikannya...[Hadits Riwayat Bukhary no. 185 dan Muslim no. 235. Pent]

[j]. Menyela-Nyela Jari-Jari Kedua Tangan Dan Kedua Kaki.  Berdasarkan hadits:  Artinya : Sempurnakanlah wudhu, selai-selailah jari-jemari [HR.Abu Dawud, no. 142; Tirmidzi, no.38; Nasaaiy, no. 114 dan Ibnu Majah, no. 448. Pent]

[k]. At Tayaamun (Memulai Dari Sebelah Kanan)  At- Tayaamun (dalam wudhu) artinya memulai membasuh anggota wudhu yang sebelah kanan kemudian yang kiri dari kedua tangan maupun kaki.  "Artinya : Adalah Rasulullah صلی الله عليه وسلم menyukai dalam mendahulukan yang kanan ketika memakai sandalnya, menyisir, bersuci dan dalam semua urusannya‌. [Hadits Riwayat Bukhari no. 168 dan Muslim, no. 268 dan selain keduanya. Pent.]

  [l]. Menambah Bilangan Basuhan Dari Sekali Menjadi Tiga Kali Basuhan. Tambahan Ini Berlaku Dalam Membasuh Muka, Kedua Tangan Dan Kedua Kaki.

[m]. Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat Setelah Selesai Dari Wudhu Dengan Ucapan.  Asyhadu alla ilaaha illallaahu wahdahu la syariikalahu wa asyahadu anna Muhammadan abduhu wa rasuuluhu".  "Artinya : Aku bersaksi bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.  Tiada lain balasannya kecuali pasti dibukakan baginya pintu-pintu surga yang bejumlah delapan, lalu ia masuk dari pintu mana saja yang ia sukai' [Hadits Riwayat Muslim, no. 234; Abu Dawud, no. 169; Tirmidzi, no. 55 ; Nasaaiy, no. 148 dan Ibnu Majah, no. 470. Pent]

  [n]. Wudhu Di Rumah  Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda.  "Artinya : Barangsiapa yang berwudhu di rumahnya, kemudian berjalan ke masjid untuk melaksanakan kewajiban dari Allah dan langkah yang satu menghapuskan dosa dan langkah yang lain mengangkat derajat. [Hadits Riwayat Muslim no. 666]

[o]. Ad-Dalk  Yaitu meletakkan tangan yang basah (yang akan dipakai untuk menggosok atau membasuh,-pent) pada anggota wudhu  bersama air atau setelahnya.

[p]. Berhemat Dalam Menggunakan Air  "Artinya : Adalah Rasulullah صلی الله عليه وسلم berwudhu' dengan satu mud [3].[Muttafaqun alaihi] [4]

[q]. Melewati Batasan Yang Diizinkan Dalam Membasuh Empat Anggota Wudhu (Kedua Tangan Dan Kedua Kaki)  Karena Abu Hurairah رضي الله عنه berwudhu, kemudian ia membasuh tangan hingga mengenai bagian lengan atasnya, kemudian membasuh kakinya sampai betis, kemduian ia berkata : "Demikian aku pernah melihat Rasulullah صلی الله عليه وسلم berwudhu [Hadits Riwayat Muslim no. 246]

[r]. Shalat Dua Raka'at Setelah Wudhu  Sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم:  Artinya : Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian ia mengerjakan shalat dua rakaat yang ia tidak berkata-kata (yang jelek) kepada dirinya, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. [Hadits Riwayat Bukhary no.159; Muslim, No. 226 dan Nasaaiy, 84 dan 116].  Pada riwayat Muslim ada tambahan pada hadits Uqbah bin Amr yaitu "melainkan pasti ia mendapatkan Surga

[s]. Menyempurnakan Wudhu  Yaitu memberikan kepada setiap anggota wudhu haqnya dalam membasuh yaitu sempurna dan menyeluruh pada setiap anggota wudhu. Seorang muslim dalam kesehariannya berwudhu berkali-kali paling tidak lima kali dan muslim yang lain terkadang lebih dari lima kali ketika dia menghendaki untuk melakukan shalat-shalat sunnah seperti shalat dhuha atau shalat lail. Atas ukuran pengulangan seorang muslim dalam berwudhu dan mengikuti sunnah-sunnah tersebut maka akan mendapatkan pahala yang sangat yang banyak.   Faedah Mengikuti Sunnah-Sunnah Rasulullah صلی الله عليه وسلم Dalam Berwudhu.  Sesungguhnya hal tersebut tercantum pada sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم.  "Artinya : Barangsiapa yang berwudhu, lalu ia sempurnakan wudhunya, niscaya akan keluar dosa-dosanya dari tubuhnya, sampai keluar (dosa-dosa) dari bawah kuku-kuku jarinya. [Hadits Riwayat. Muslim no. 245]  Dan sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم.  "Artinya :Barang siapa diantara kalian yang berwudhu kemudian membaguskan wudhunya lalu ia bangkit shalat dua rakaat yang ia hadapkan hati dan wajahnya (kepada Allah) maka pasti ia akan mendapat syurga dan diampuni dosa-dosanya [Hadits Riwayat Muslim no. 234] [5]  Berkata Imam an-Nawawi rahimahullah "Sesungguhnya apa-apa yang ia dapatkan dari derajat (orang-orang yang suka berwudhu') adalah ia mampu berjuang membela dirinya dari kejahatan-kejahatan syaitan dan meniadakannya, menjaga dirinya sampai tidak akan diganggu oleh syaitan walau hanya sekejap matapun. Dia selamat dari syaitan dengan usaha perjuangannya (untuk melakukan sunnah-sunnah wudhu) dan kelapangan bagi hatinya  [Disalin dari kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan] _________


nota kaki
[1]. "Artinya : Tidak (sempurna) wudhu' bagi siapa yang tidak menyebutkan nama Allah padanya" [Hadits Riwayat Ibnu Majah 399, At-Tirmidzi 25,26. Abu Dawud 101, dan selain mereka. Menurut Syaikh Al-Albani : "Hadits ini shahih" Lihat Shahiih Al-Jami'ish Shaghiir no. 7444
[2]. Hadits Riwayat Al-Bukhari -Fathul Baari 1/255 dan Muslim no. 226 -Syarh Muslim 3/100
[3]. Ukuran 1 1/3, dinamakan demikian karena air yang diambil sepenuh kedua telapak tangan manusia
[4]. Hadits Riwayat Muslim no. 326, Ibnu Majah no. 267-268, At-Tirmidzi no. 56 dan 609 dan, An-Nasa'i no. 347
[5]. Lafazh asli dari Muslim no. 234, adalah sebagai berikut. "Artinya : Setiap muslim yang berwudlu dengan sebaik-baiknya, kemudian ia bangkit melakukan shalat dua rakaat dengan sepenuh hati dan jiwanya, pasti ia akan masuk Surga"


Dibuat oleh SalafiDB http://salafidb.googlepages.com

Sunnah-Sunnah Dalam Memakai Sepatu/sandal/kasut

 Syaikh Khalid al Husainan

Rasulullah صلی الله عليه وسلم

"Artinya : Apabila diantaramu memakai sandal/sepatu maka mulailah dengan yang kanan dan apabila melepas sandal/sepatu mulailah dengan yang kiri. Dan pakailah sandal/sepatu secara bersamaan (memakai kedua nya) atau melepaskannya secara bersamaan" [Hadits Riwatar Muslim no. 2097]  Sunnah-sunnah tersebut adalah kebiasaan seorang muslim yang terjadi berulang kali dalam sehari semalamnya yaitu ketika ia memakai sandal/sepatu untuk masuk dan keluar menuju masjid, masuk dan keluar kamar mandi, tempat kerja yang berada diluar rumah. Sehingga dapat dikatakan bahwa memakai sandal/sepatu adalah kejadian lumrah yang terjadi berulang kali dalam keseharian seorang muslim.  Menerapkan sunnah tatkala setiap memakai atau melepaskan sandal/sepatu dengan menghadirkan niat (yang sungguh-sungguh untuk mengikuti sunnah) maka baginya akan mendapatkan kebaikan yang sangat besar. Kemudian seluruh gerak-gerik, diamnya (secara otomatis) akan senantiasa berdasarkan sunnah.


Dibuat oleh SalafiDB http://salafidb.googlepages.com

Friday, January 8, 2010

Pengharapan kpd-MU

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستهديه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسناو ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، وقال ربكم ادعوني استجبلكم



Doa merupakan suatu elemen penting dlm khdpn kita.Ia menjadi bukti keimanan dan kepercayaan kita kpd tuhan.Tidaklah seseorang itu berdoa memohon sesutu kpd Allah melainkan untuk meminta dan berharap kpdNYA dgn harapan permintaan dia ditunaikan.Samalah juga seorang yg lapar/kepunan meminta kpd sahabatnya sedikit makanan untuk menghilangkan rase lapar dgn harapan agar sahabatnya memberinya makanan.Doa juga sebagai bukti kita ini lemah dan tidak berkuasa untuk menentukan segala hal yg terjadi dlm hidup kite.Adakah kita boleh jamin kesihatan kite dimasa akan datang?Adakah kita boleh jamin kedua tangan kita ini kekal dua pd masa akn datang?Percayalah bahawa tidak ada seorang pun yg tau apa yg bakal berlaku pd waktu yg mendatang walaupun sesaat.Yes!Allah berkuasa keatas sesuatu perkara.Ini jelas berdasarkan katanya yg banyak disebut dlm quran:

ان الله على كل شئ قدير (Allah berkuasa ke atas sesuatu perkara)

Sebagai islam kita wajib memohon pertolongan hanya kpd Allah.Tidak ada kuasa yg dpt menandingi kuasa Allah.Adapun seseorang itu dapat terbang,dpt bercakap dgn jin,dpt memukau orang,dpt menyihir dan sebagainya yg menunjukkan mereka itu berkuasa,itu semua hanyalah sedikit kelebihan yg diberikan kpd mereka untuk menilai sjauh mana iman mereka.Adakah dgn kelebihan2 tersebut mereka akan lupa kpd allah serta kufur dgn denganya.Maka yg beriman dgn Allah akn menggunakan kelebihan tersebut ke arah yg baik sedangkan yg kufur dgn kelebihan trsbt akan menggunakanya untuk kepentingan peribadi yg membawa diri mereka jauh dari tuhan.Sesetengah dr kita percaya kpd benda2 tahyul/karut dan sbgainya.ada yang sampai pergi ke perkuburan mereka yg dianggap wali untuk melakukan upacara2 tahyul dgn harapan hajat mereka tercapai.Ini sudah bertentangan dgn ajaran agama iaitu segala sesuatu @hajat itu terus diminta kpd Allah.Jika seseorang yg meminta sesuatu keistimewaan kpd nabi saw yg ma'sum sendiripun boleh dianggap lari akidahnya apakan pula wali yg dianggap manusia biasa yg tdk lari drpd melakukan dosa.ini sudah melebihi nabi dan tidak patut diterima oleh kita sebagai islam yang waras.

Firman Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 256-257(maksudnya): “Tidak ada paksaan dalam agama (Islam), kerana sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). oleh itu, sesiapa yang tidak percayakan taghut, dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali ugama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui. Allah Pelindung (yang mengawal dan menolong) orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang engkar, penolong-penolong mereka ialah taghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan-kegelapan. Mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya”.

Maka berdoalah kpd Allah secara sendiri dgn pnuh pengharapan.secara sendiri itu lebih menunjukkan kesungguhan kita kpdNYA.Inilah yg dituntut dlm kita berdoa iaitu kesungguhan dgn apa yg kita mahukan.Bukanya dgn nada yg asyik lagi merdu yg seolah2 kita menyanyi sedangkan kita mahu meminta hajat kpd Allah.Berdoalah dgn spenuh hati,paham makna apa yg kita doakan.Jgn doa jer panjang tp makna satu pun tak paham.Doa dibaca dlm bhs melayu tdk menjadi kesalahan bahkan ianya lebih baik agar kita lebih paham denganya.
WALLAHU 'ALAM

Wednesday, January 6, 2010

salam perkenalan....2010

slm sume..
alhamdulillah sempat juga saya create dis blog..
act,xsusah mane pown...
tujuan utama diadakan blog ini adalah sebagai medan untuk saya lontarkan pendapat/pandangan saya dlm sesuatu perkara tdk kira ia berkaitan dgn apa sekalipun...
dalam keadaan dunia sekarang ini yg sedang mengalami proses kemajuan byk memberi effect yg positif serta negatif kpd kita.adapun yg positifnya banyak ttp kita dpt lihat bahawa yg negatifnya pun tidak kurangnya...
jadi dikesempatan itu,bg kita yg mampu untuk menasihat kearah yg baik wajib melakukan pekara tersebut...konsep amal ma'ruf nahi mungkar perlulah berjalan dan terus berjalan tanpa kita perlu memikirkan bila ia akan berhenti.akan tetapi ia perlu dijalankan dengan pengawasan ilmu yg mantap tentang sesuatu perkara bg menjamin kualiti islam itu sendiri...jadi saya harap agar kita dpt sama2 buka minda kita,lakukan tajdeed dlm hidup kita selagi mana cara tajdeed tersebut tidak menyanggahi syara' agar kita umat islam tdk mundur dan jauh ketinggalan zaman dlm pelbagai perkara iaitu bukan sahaja dari segi perbuatan tetapi cara berfikir juga perlulah diubah kearah yg dituntut kpd kita oleh agama kita...
salam perkenalan

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails